Menikah dan menjadi ratu rumah tangga, adalah kodrat setiap Muslimah. Sebahagia apapun tinggal dalam kehangatan keluarga, ia pasti akan pergi meninggalkan mereka. Berpisah, untuk menjemput misi sebagai istri. Sebuah misi mulia yang akan diemban hingga kehidupan berakhir di liang lahat.
Besar dan agungnya misi itu, membuat seorang Muslimah kadang merasa ragu dan was-was. Apakah kelak dirinya mampu menjadi pendamping lelaki asing yang kini telah menjadi suaminya? Apakah ia bisa membawa diri dengan baik sehingga diterima oleh keluarga sang suami? Bagaimana jika rumah tangga nantinya diterpa badai masalah dan kesulitan?
Keraguan seperti itu muncul, salah satunya karena tradisi dan kebiasaan kita sendiri. Rumah belum memberikan pengajaran dan pendidikan yang cukup bagi seorang anak perempuan untuk menghadapi kehidupan berumah tangga. Seringkali rumah tangga Muslim hanya mempercayakan bekal kepada sekolah atau pesantren tempat si anak belajar formal.
Di sisi lain, budaya asing di luar Islam menjadi konsumsi kita sehari-hari. Mempengaruhi perspektif kita dalam memandang sebuah rumah tangga. Seolah rumah tangga sekadar menyambung hubungan pria-wanita setelah fase sebelumnya bernama pacaran. Sebatas melegalkan kebutuhan pribadi manusia dewasa. Kering dari nilai-nilai akhirat yang suci.

Menjembatani kesenjangan dua potret itu, Penerbit Aqwam menghadirkan buku baru berjudul A Garden of Jannah. Buku yang ditulis oleh Hanif Abdul Majid, konsultan pernikahan dari Dakwah Corner Malaysia. Dalam kesehariannya, Penulis aktif memberikan konseling online untuk beberapa masalah rumah tangga dari penanya lintas negara.
Oleh Penulis, buku ini memang dikhususkan untuk para Muslimah. Baik mereka yang akan memasuki fase pernikahan, maupun para istri yang sekian lama telah bertahta sebagai ratu rumah tangga.
Dalam mengulas berbagai problematika yang sering muncul, buku ini lebih menekankan kewajiban seorang istri, ketimbang haknya. Mengalah, ketimbang menuntut. Mematuhi, ketimbang mendebat.
Mungkin terkesan buku ini biasa-biasa saja. Bukankah dari dulu kewajiban seorang istri adalah mematuhi suami? Sebagai pemimpin, bukankah memang seharusnya istri tunduk dan pasrah total kepada suami? Apa bedanya dengan yang lain?
Dengan menikmati uraian yang ada di lembar demi lembarnya, kita akan mengerti bahwa mengalah bukan berarti kalah. Mengalah untuk menang. Ada sebuah keajaiban yang Allah bayarkan secara kontan jika para istri dengan ikhlas mendudukkan diri dalam rumah tangga sesuai aturan syariat Islam. Itu baru bayaran di dunia. Belum lagi bayaran di akhirat yang tak pernah terbayangkan.
Meski menekankan kewajiban seorang istri, buku ini sesungguhnya juga membangunkan para suami dari kelalaian akan sebuah hutang budi. Bahwa sekian tahun lamanya membangun rumah tangga, sekian tahun pulalah istrinya yang salehah telah menghadirkan taman surga di rumah tangga mereka. Hutang yang tak pernah bisa dibayar oleh para suami. Karena hutang uang bisa dibayar. Tapi hutang budi, akan dibawa mati!
Ditulis oleh: Haira Hisan