AQWAM.COM — Mushaf cetakan Pemerintah Arab Saudi, atau yang lebih dikenal dengan Mushaf Madinah cukup banyak digemari di Indonesia. Mungkin karena kualitas cetakan dan kertas mutu tinggi.
Bagaimanapun, untuk sebuah Mushaf, brand Madinah atau terkait dengan Arab Saudi menumbuhkan kepuasan tersendiri dan rasa mantab dalam membaca Al-Quran, bagi sebagian kalangan.
Mushaf itu biasanya dibagikan gratis untuk jamaah haji ketika hendak pulang ke tanah air. Atau disalurkan melalui melalui lembaga-lembaga dakwah yang bekerjasama dengan lembaga serupa di Saudi.
Di luar itu, cara paling mudah untuk membelinya. Biasanya banyak dipampang di toko-toko di sekitar Masjidil Haram, Mekkah. Harganya sekitar 50 riyal, atau setara Rp. 200-an ribu.

Kini, untuk mendapatkan mushaf yang mirip dengan mushaf Madinah, Anda tidak perlu lagi menunggu hadiah dari kerabat yang pergi umroh. Penerbit Ummul Qura (Kelompok Penerbit Aqwam) telah menerbitkan mushaf yang mirip dengan mushaf Madinah.
Terdiri dari dua versi: terjemah dan non-terjemah, mushaf Ummul Qura ini dibandrol jauh di bawah harga aslinya di Saudi. Untuk mushaf terjemah, harga Rp. 76 ribu. Sedangkan yang tanpa terjemah, mirip sekali dengan Mushaf Madinah, harga Rp. 72 ribu.
Kemiripan itu mulai dari tampilan sampul (cover) hingga teks-teks ayat di dalamnya. Covernya full ornamen sebagaimana sampul mushaf Madinah. Kertas isinya pun menggunakan kertas yang tidak jauh berbeda, yaitu QPP 50 gram.
Sedikit perbedaan yang ada, adalah tatacara penulisan beberapa kalimat. Meski sama-sama menggunakan rasm Utsmani, Mushaf Ummul Qura memiliki perbedaan pada beberapa penulisan kalimat tertentu, karena mengacu pada kaidah yang dibuat oleh Lajnah Tashih Al-Quran, Kemenag RI.

Di Mushaf Madinah, ketika terjadi beberapa hukum bacaan tajwid pada ayat Al-Qur’an tidak ada tanda yang membantu bagaimana membaca dan membunyikannya. Sebagai contoh, pada lafdzul jalalah (lafadz Allah), Mushaf Madinah tidak mencantumkan fathah berdiri (fathah qaimah) pada lam yang memang harus dibaca panjang (dua harakat)
Sementara di mushaf standar Indoensia, lam pada lafadz Allah dibuat fathah berdiri agar dibaca panjang dua harakat. Tanda tersebut diberikan agar masyarakat Indonesia jangan sampai salah dalam membunyikan lafadz Allah.
Demikian halnya dengan hukum bacaan idgham, ikhfa, dan beberapa bacaan tajwid lainnya.
Dengan gambaran produk seperti itu, selain untuk penggunaan pribadi Mushaf Ummul Qura ini juga cocok untuk program-program sosial keagamaan, seperti program pembagian mushaf . (Yahya)